LANDASAN
TEORI
Istilah budaya organisasi dalam pergaulan akademik sering
diperbincangkan menyusul adanya beberapa kebijakan pemerintah yang merujuk pada
perubahan pola manajemen pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik yang
menunutut perubahan budaya sehingga kajian terhadap budaya menjadi intens dan
aktual untuk di bahas dan dikaji dalam perspektif perubahan organisasi terutama
oleh kalangan akademisi. bagi perkembangan organisasi.Difinisi budaya
organisasi telah banyak Gejala tersebut secara sederhana menunjukkan bahwa
budaya organisasi dirasakan penting,dan tentunyadirasakan memiliki mamfaat
langsung maupu tak langsung dikemukakanoleh para pakar, dan sedikit di
antaranya dikemukakan oleh.
Menurut Stanley Davis budaya organisasi adalah
keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi
dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan/pedomam perilaku didalam
organisasi.
(Achmad Sobirin, Budaya Organisasi, (Yogyakarta :
YKPN, 2007 ), hal 131.)
Wheelen dan Hunger mengatakan budaya
organisasi adalah himpunan dari kepercayaan, harapan, nilai-nilai yang dianut
bersama oleh anggota organisasi dan diwariskan ke generasi berikutnya.Grifin
dan Ebert menyebutkan budaya organisasi adalah pengalaman, sejarah, keyakinan,
dan normaM-norma bersama yang menjadi ciri organisasi.
(Umar Nimran, Perilaku Organisasi, (Surabaya : CV.
Citra Media, 1997), hal 120.)
Menurut Robbins
budaya organisasi merupakan system nilai dan kepercayaan yang dianut bersama
oleh anggota organisasi yang membedakan organisasi satu dengan yang lain.
Budaya organisasi merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi-asumsi,
pemahaman, dan harapan yang diyakini oleh anggota organisasi atau kelompok
serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah yang mereka hadapi
menurut Hodge dan Anthony.
(Aan Komariah dan Cepi Triatna,Visionary Leadership, (Jakarta : PT.
Bumi Aksara,2005)
PEMBAHASAN
3.1.
BUDAYA DAN ORGANISASI
Budaya adalah salah satu dasar dari
asumsi untuk mempelajari dan memecahkan suatu masalah yang ada didalam sebuah
kelompok baik itu masalah internal maupun eksternal yang sudah cukup baik
dijadikan bahan pertimbangan dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada anggota
baru sebagai jalan yang terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu
hubungan permasalahan tersebut.
Menurut dimock
Organisasi
adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling berkaitan
untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan, koordinasi dan
pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut
Herbert G Hicks Organisasi adalah proses yang terstruktur dimana
orang-orang berinteraksi untuk mencapai tujuan
Menurut Mc
Farland Organisasi adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal yang
menyumbangkan usahanya terhadap tercapainya suatu tujuan.
Jadi, organisasi itu adalah
sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis yang berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan.
3.2.
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
Menurut Susanto: Budaya organisasi
adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman sember daya manusia untuk menghadapi
permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan
sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada
dan bagaimana mereka harus bertingkah laku atau berprilaku.
Menurut Gareth R. Jones: Budaya
organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi, suatu system dari makna bersama.
Menurut Robbins (2003) pengertian
budaya organisasi adalah sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota
yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Sistem makna bersama
ini, bila diamati dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik
utama yang dihargai oleh suatu organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan
bagaimana karyawan mempersepsikan karakteristik dari suatu budaya organisasi,
bukan dengan apakah para karyawan menyukai budaya atau tidak.
Budaya merupakan konsep penting
untuk memahami masyarakat dan kelompok manusia dalam jangka waktu yang
panjang, tak terkecuali di dalam sebua organisasi. Mengidentifikasi dan
memahami budaya organisasi mempengaruhi keberhasilan dalam hal intelektual dan
financial dalam perusahaan. Menurut Mowat (2002) budaya organisasi adalah “the
personality of the organization: the shared beliefs, values and behaviours of
the group. It is symbolic, holistic, and unifying, stable, and difficult to
change.”
Menurut pandangan Davis
(1984):“Pengertian budaya organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai
organisasionalyang dipahami, dijiwai dan dipraktikkan oleh organisasional
sehingga polatersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar berperilaku
dalam organisasional”. Budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian
bersama yang dipegang oleh anggotaanggota suatu organisasi, yang
membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya.
Budaya organisasi adalah apa yang
dipersepsikan karyawan dan cara persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan,
nilai, dan ekspektasi. Schein (1981) dalam Ivancevich et.al., (2005)
mendefinisikan budaya sebagai suatu pola dari asumsi dasar yang diciptakan,
ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat belajar menghadapi
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah berjalan cukup
baik untuk dianggap valid, dan oleh karena itu, untuk diajarkan kepada anggota
baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan berperasaan
sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.
Definisi Schein menunjukkan bahwa
budaya melibatkan asumsi, adaptasi, persepsi dan pembelajaran.
Lebih lanjut
dijelaskan bahwa budaya organisasi memiliki tiga lapisan:
·
Lapisan pertama mencakup artifak dan ciptaan yang
tampak nyata tetapi seringkali tidak dapat diinterpretasikan.
·
Lapisan kedua terdapat nilai atau berbagai hal yang
penting bagi orang. Nilai merupakan kesadaran, hasrat afektif, atau keinginan.
·
Lapisan ketiga merupakan asumsi dasar yang diciptakan
orang untuk memandu perilaku mereka. Termasuk dalam lapisan ini adalah asumsi
yang mengatakan kepada individu bagaimana berpersepsi, berpikir, dan
berperasaan mengenai pekerjaan, tujuan kinerja, hubungan manusia, dan kinerja
rekan kerja.
Terdapat
tujuh karakter utama yang menjadi hakikat dari budaya organisasi:
·
Inovasi dan pengambilan resiko: sejauh mana para
karyawan didorong untuk inovatif dan mengambil resiko.
·
Perhatian terhadap detail: sejauh mana karyawan
diharapkan mampu memperlihatkan ketepatan, analisis, dan perhatian terhadap
detail.
·
Orientasi terhadap hasil: sejauh mana manajemen
memusatkan perhatian pada hasil, dibandingkan pada teknik dan proses yang
digunakan untuk meraih hasil tersebut.
·
Orientasi terhadap individu: sejauhmana
manajemen dalam mempertimbangkan efekefek keberhasilan individuindividu
didalam organisasi
·
Orientasi terhadap tim: sejauh mana aktivitas
pekerjaan yang diatur dalam tim, bukan secara perorangan.
·
Agresivitas: sejauh mana orangorang agar berlaku
agresif (kreatif) dan (kompetitif), dan tidak bersikap santai.
·
Stabilitas: sejauh mana aktivitas organisasi
dalam mempertahankan status quo (Robbins, 2002)
Dari
pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah
sebuah sistem bersama yang meliputi keyakinan, nilainilai dan perilaku
kelompok yang membedakannya dengan organisasi lain. Terdapat tujuh karakter
utama yang menjadi hakikat dari budaya organisasi seperti inovasi dan
pengambilan resiko, perhatian terhadap detail, orientasi terhadap hasil,
orientasi terhadap individu, orientasi terhadap tim serta agresivitas dan
stabilitas
3.3.
FUNGSI BUDAYA ORGANISASI
·
Fungsi budaya organisasi menurut Nelson dan Quick,
1997 :
~
Perasaan Identitas dan Menambah Komitmen Organisasi
Identitas ini terbentuk oleh
berbagai faktor seperti sejarah, kondisi dan sisi geografis, sistem-sistem
sosial, politik dan ekonomi, serta perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat,
perbedaan dan identitas budaya (kebudayaan) dapat mempengaruhi kebijaksanaan
pemerintahan di berbagai bidang.
~
Alat Pengorganisasian Anggota
Budaya organisasi berfunsi sebagai
pengikat seluruh komponen organisasi, terutama pada saat organisasi menghadapi
guncangan baik dari dalam maupun dari luar akibat adanya perubahan.
~
Menguatkan Nilai-Nilai dalam Organisasi
Kebersamaan adalah faktor pengikat
yang kuat seluruh anggota organisasi.
~
Mekanisme Kontrol Prilaku
Budaya berisi norma tingkah laku dan
menggariskan batas-batas toleransi sosial.
·
Fungsi budaya organisasi Menurut
Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
~
Budaya
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
~
Budaya membawa
suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
~
Budaya
mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
~
Budaya merupakan
perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan
standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
~
Budaya
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku karyawan.
Robbins (2003) merinci
fungsi budaya organisasi sebagai
berikut, Pertama budaya mempunyai peranan pembeda atau tapa batas, artinya
budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang
lain. Kedua, budaya memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi.
Ketiga, budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri pribadi seseorang. Keempat, budaya itu meningkatkan
kemantapan sistem sosial. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat
mengenai apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Kelima,
budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan mekanisme pengendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
Sementara itu Schein
(1992) membagi fungsi budaya organisasi berdasarkan tahap
pengembangannya, yaitu:
1. fase awal yang merupakan tahap pertumbuhan
organisasi, fungsi budaya organisasi terletak pada
pembeda, baik terhadap lingkungan maupun kelompok atau organisasi lain.
2. fase pertengahan, budaya organisasi berfungsi
sebagai integrator karena munculnya sub-sub budaya baru sebagai penyelamat
krisis identitas dan membuka kesempatan untuk mengarahkan perubahan budaya organisasi, dan
3. fase dewasa, budaya organisasi berfungsi dapat
sebagai penghambat dalam berinovasi karena berorientasi pada kebesaran masa
lalu dan menjadi sumber nilai untuk berpuas diri.
Susanto mengungkapkan
dua sisi manfaat yang diperoleh apabila budaya perusahaan dipahami oleh seluruh
lapisan sumber daya manusia dan bagi perusahaan. Manfaat bagi sumber daya
manusia adalah
4. sebagai pedoman berperilaku di dalam perusahaan.
Dalam hal ini karyawan tidak dapat semena-mena bertindak atau berperilaku
sekehendak hati, melainkan harus menyesuaikan diri dengan siapa dan dimana
mereka berada.
5. adanya kesamaan langkah dan visi di dalam melakukan
tugas dan tanggung jawab masing-masing individu dapat meningkatkan fungsinya
dan mengembangkan tingkat interpendensi antar individu atau bagian karena
Individu atau bagian yang lain saling melengkapi dalam kegiatan usaha
perusahaan.
6. memberikan dorongan kepada karyawan untuk mencapai
prestasi kerja atau produktivitas yang lebih baik.
7. mengetahui secara pasti tentang karirnya di
perusahaan sehingga mendorong mereka untuk konsisten dengan tugas dan tanggung
jawab.
Adapun manfaat yang diperoleh perusahaan antara
lain:
1.
merupakan salah
satu unsur yang dapat menekan tingkat perputaran (turn over) karyawan, karena
budaya perusahaan mendorong karyawan memutuskan untuk tetap berkembang bersama
perusahaan tersebut.
2.
Sebagai pedoman
di dalam menentukan kebijakan yang berkenaan dengan ruang lingkup kegiatan
intern perusahaan seperti tata tertib administrasi, hubungan antar bagian,
penghargaan prestasi karyawan, penilaian kerja dan lain-lain.
3.
Untuk
menunjukkan pada pihak eksternal tentang keberadaan perusahaan dari ciri khas
yang dimiliki, di tengah-tengah perusahaan yang ada di masyarakat.
4.
Merupakan acuan
dalam penyusunan perencanaan perusahaan (corporate planning).
5.
Dapat membuat
program-program pengembangan usaha dan pengembangan sumber daya manusia dengan
dukungan penuh dari seluruh jajaran sumber daya manusia yang ada.
3.4.
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BUDAYA ORGANISASI
Dalam usaha untuk meningkatkan budaya organisasi,
dapat menggunakan praktik-praktik yang juga dilakukan dalam organisasi
tersebut. Misalnya, dilakukan proses seleksi yang sesuai dengan budaya
organisasi tersebut, lalu misalnya dengan pemberian penghargaan kepada
orang-orang yang dengan baik menjaga budaya organisasi tersebut dan juga
melakukan pemutusan hubungan kerja dengan orang-orang yang menentang buday
organisasi tersebut. Dengan begitu, budaya yang ada dalam suatu organisasi
tersebut akan terjaga dengan baik.
3.5.
FAKTOR –
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA ORGANISASI
·
Sejarah Organisasi
Sejarah
organisasi memuat tentang bagaimana proses pendirian suatu organisasi tersebut,
keberhasilan yang dimulai dari bawah, pengurangan tenaga kerja, pemindahan
karyawan dan juga masalah-masalah lain yang muncul dalam organisasi. Hal
tersebut menjadi suatu cerminan budaya dan memberikan pengaruh agar dapat
melakukan hal yang lebih baik lagi di masa sekarang.
·
Kebiasaan
Merupakan suatu pengulangan
aktivitas yang dilakukan dalam organisasi sehingga akan menjadi suatu kebiasaan
dan juga akan menjadi budaya yang ada dalam organisasi tersebut. dengan tetap
terjaganya budaya-budaya organisasi maka akan memantapkan nilai-nilai dalam
organisasi dan tujuan-tujuan organisasi.
·
Bahasa
Dengan mempelajari bahasa organisasi
yang ada, maka pelaku-pelaku organisasi pun akan mempelajarinya bahasa-bahasa
tersebut dan akan berusaha mempertahankannya.
3.6.
PROSES PEMBENTUKAN BUDAYA ORGANISASI
Menururt Kotter dan Haskett proses pembentukan budaya
organisasi, sebagai berikut:
·
Manager Puncak
Tindakan-tindakan
manager puncak akan membentuk iklim dalam organisasi tersebut, sehingga peranan
manager puncak sangatlah besar dalam penerimaan atau penolakan suatu budaya
organisasi.
·
Perilaku Organisasi
Menyangkut bagaimana
proses penerimaan tindakan manager puncak oleh para anggotanya.
·
Hasil
Dengan
adanya tindakan-tindakan tersebut akan muncul suatu kebiasaan yang menunjukan
bagaimana budaya organisasi tersebut berada.
·
Budaya
Kebiasaan-kebiasaan
yang muncul tersebut akan memunculkan adanya suatu nilai-nilai yang ada dalam
organisasi yang juga akan mempengaruhi prose pencapaian tujuan organiasasi.
3.7.
KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI
·
Inovasi dan
keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong
untuk bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
·
Perhatian
pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
·
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih
pada hasil ketimbang pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil
tersebut.
·
Orientasi
orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam
organisasi.
·
Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di
organisasi pada tim ketimbang pada indvidu-individu.
3.8.
UNSUR-UNSUR BUDAYA ORGANISASI
·
Asumsi dasar
·
Seperangkat
nilai dan Keyakinan yang dianut
·
Pemimpin
·
Pedoman mengatasi
masalah
·
Berbagai nilai
·
Pewarisan
·
Acuan prilaku
·
Citra dan Brand yang khas
·
Adaptasi
3.9.
PERAN BUDAYA ORGANISASI
Dari pengertian budaya organisasi di
atas, tampak bahwa budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis untuk
mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi, khususnya kinerja
manajemen dan kinerja ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk menentukan arah organisasi,
mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, bagaimana
mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya organisasional, dan juga
sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan internal dan
eksternal.
3.10.
SUMBER-SUMBER BUDAYA ORGANISASI
Menurut Tosi, Rizzo,
Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
·
Pengaruh
umum dari luar yang luas
Mencakup
faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat
dikendalikan oleh organisasi.
·
Pengaruh
dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan
dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan
kebersihan.
·
Faktor-faktor
yang spesifik dari organisasi
Organisasi
selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian
yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar
bagi tumbuhnya budaya organisasi.
3.11.
CIRI-CIRI BUDAYA ORGANISASI
Menurut Robbins (1996:289), ada 7
ciri-ciri budaya organisasi adalah:
·
Inovasi dan
pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan
mengambil resiko.
·
Perhatian
terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan,
analisis dan perhatian terhadap detail.
·
Orientasi hasil.
Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang
digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
·
Orientasi orang.
Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam
organisasi itu.
·
Orientasi tim.
Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
·
Keagresifan.
Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
·
Kemantapan.
Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik.
Dengan menilai
organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh gambaran
majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan
pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana
urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins,
1996 : 289).
3.12.
NILAI DOMINAN DAN SUBBUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau dengan
kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama. Karena itu, harapan yang
dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda
atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya
organisasi dengan pengertian yang serupa.
Sebagian besar organisasi
memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya. Sebuah budaya dominan mengungkapkan
nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota organisasi.
Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut merujuk pada budaya dominannya, jadi
inilah pandangan makro terhadap budaya yang memberikan kepribadian tersendiri dalam organisasi. Subbudaya cenderung
berkembang di dalam organisasi besar untuk merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi
para anggota. Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah
nilai-nilai tambahan yang unik.
Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas
banyak subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan karena tidak akan
ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan perilaku yang tidak semestinya. Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya sebagai alat
potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang memungkinkan
seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan
informasi tersebut untuk lebih memahami perilaku dari para eksekutif dan
karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan yang tidak dapat diabaikan adalah banyak
organisasi juga memiliki berbagai subbudaya yang bisa memengaruhi perilaku
anggotanya.
3.13. TIPOLOGI BUDAYA
Menurut Sonnenfeld dari
Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe budaya organisasi :
·
Akademi
Perusahaan
suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa,
dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan
lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam
menghadapi dan memecahkan suatu masalah.
·
Kelab
Perusahaan
lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan
memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem
organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen
yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.
·
Tim Bisbol
Perusahaan
berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga
berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih
menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang
berbakat dari segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif
finansial yang sangat besar dan
kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.
·
Benteng
Perusahaan
condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak
perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat
kategori karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan
berada dalam masa peralihan.
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Setiap organisasi mempunyai budaya
yang berbeda-beda. Tidak aka nada dua organisasi yang mempunyai budaya yang
sama persis. Ini biasanya sangat berpengaruh pada siapa pendirinya. Contohnya
organisasi yang sedang saya bahas, yaitu Lion Air. Kerena pendirinya adalah
orang yang mempunyai keinginan yang besar maka dia menerapkan kepada diri
karyawannya seperti apa yang dia harapkan. Itupun berhasil dan Lion Air
sekarang menjadi sebuah organisasi atau perusahaan yang besar.
Budaya
organisasi yang ada pada Lion Air adalah bagaimana melayani pelanggan atau
penumpang dengan baik. Itu semua harus dilakukan oleh pemimpin dan karyawannya.
Tidak hanya buat pelanggan, Pemimpinnya juga berusaha untuk memakmurkan semua
karyawannya dengan cara salah satunya membuat semua karyawan Lion Air menjadi
teman, bukan sekedar rekan kerja. Dalam gaji
Lion Air juga menetapkan standar yang lumayan tinggi.
Dengan
kekuatan budaya organisasi yang dibangun dan mengakar akan mampu mendorong
setiap individu yang terlibat di dalamnya secara sadar diri mematuhi dan
manjalankan seluruh kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen berlandaskan
nilai-nilai dasar yang telah disepakati. Ini menunjukan bahwa budaya organisasi
berhubungan secara signifikan dengan sikap dan perilaku karyawan, komitmen
organisasi, kepuasan kerja, pergantian karyawan. Selain itu, terbukti bahwa
prestasi finansial yang lebih tinggi dicapai oleh perusahaan yang memiliki
budaya yang fleksibel.
terimakasih :) :* <3 @marisa_frina <3 :* :)
terimakasih banyak marisa frina, atas infonya
ReplyDelete